Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Dalam terik Hati

Gambar
Oleh: Muhammad Alim Masih adakah urat nadimu Untuk pengganti nyawaku yang hampir putus Ketika mereka berkata iya Sedang harap yang kau buat Untuk meniadakan mereka Di mana budi mu Pak budi sedang mengais pintu siang dan malam Menunggu jam berdenting tajam Hai kau Pembeli kekuasaan Pembeli nyawa dan harapan Tak akan dapat kau beli hati ini Tak akan dapat kau beli rasa ini Karena rasa tlah ku serahkan pada-Nya Karena hati tlah kupenjarakan dalam naungan-Nya Mungkin kau akan menertawaiku Karena tangis tak juga berhenti Karena pencarian ini belum terwujud kenyataan Pecahan-pecahan kaya Membingungkan kau punya muka Mukanya di mana? Di hati tak da juga. Di antara bisik hati Di antara cibir nyawa Aku hidup untuk-Nya Bukan untukmu apalagi dia Meski urat nadi ini kau potong seratus kali Meski leher ini kau panjang jeruji Tak akan dapat kau temukan Tlah ku buang asa dalam laut Yang akan menghanyutkan dunia Tlah ku buan

Dian, Aku Melamarmu #1

      Aku benar-benar gila melihat cicak dan nyamuk yang tak kunjung rukun. Masing-masing berkeinginan untuk terbang melayang. Mengikuti arus angin yang menempel di dinding-dinding rumah kayu itu. Begitu sibuk mereka. Berbalas kekuatan jiwa.      Hatiku masih berkecamuk. Seakan-akan mengikuti gerakan nyamuk belum juga berhenti mengejarku. Ku ingat kata-katanya begitu lembut.      "Mas, lamarlah aku."      Tak ada jawaban yang dapat ku berikan ketika itu. Karena hatiku masih terikat   oleh bayang-bayang pesakitan yang makin lemah di pembaringan.      Dian. Gadis cantik yang ku kenal lewat  facebook  empat bulan lalu. Dia seorang yang tangguh. Pekerja keras, namun hati dan tingkahnya bagai embun pagi yang menyentuh dedaunan. Lelaki mana yang tak akan terpesona melihat senyumannya.      Perkenalan itu begitu singkat dan tak disangka-sangka. Kita hanya memiliki satu teman yang sama dalam med-sos itu. Namun dia begitu supel dan sopan. Rumahnya hanya bersebelahan d

Manajemen Keunikan

Oleh: Muhammad Alim Setiap kita adalah pribadi yang unik. Dari sisi manapun, jika kita mau beberapa kali berkaca dalam sehari semalam, maka kita akan menemukan keunikan yang diberikan Allah SWT kepada masing-masing kita. Keunikan itu bukan hanya dari sisi fisik yang kasat mata. Namun juga dari segi bathin, akan jauh lebih unik lagi bentuk dan wujud yang kita temukan. Begitu Maha Kuasa Allah dengan bukti seluruh makhluk-Nya. Kekuasaan yang tak bertemu ukurannya. Manusia yang mau melihat semua itu, maka ia tak akan sampai mendekat kepada sifat sombong. Karena sifat sombong atau takabbur hanya milik Allah semata. Manusia dengan segala keunikannya seharusnya dapat belajar banyak demi tercapainya sebuah hubungan yang rapih dalam bentuk ibadah kepada Allah SWT. Namun, karena manusia lebih dahulu merasa takjub (ketika mihat keunikan tersebut), menyebabkan manusia lupa harus melakukan apa setelah mengetahui yang namanya keunikan. Misalnya, ada seorang laki-laki yang kesehariannya hanya meng

Tabir Dzikir

Gambar
Aku tak bisa berpaling Tlah banyak nikmat yang Kau berikan Meski kadang, bahkan sering Dzikir pada-Mu ku lupakan Wahai diri .... Apakah kau lupakan Kalam yang mengatakan Bahwa janji-Nya takkan terlewatkan Pasti terlaksanakan Wahai diri .... Apakah kau lupakan Meminta pada-Nya merupakan peribadatan Meski tiap detik nikmat tlah kau rasakan Setiap detik pula kau disuruh meminta Ingat pada-Nya Kau...! Apakah kau tak malu? Jika hidupmu hanya berturut nafsu Sedang tiap detik nikmat tercurah padamu Dan kau ....! Apakah kau tak berfikir? Jika alam sudah terjungkir Yang syari'at dianggap sesat Yang maksiat dijadikan adat Pemegang api surga Di akhir zaman yang bak salju menyala. ** Sisi lain Hatiku berteriak "Tunaaadi Ya 'alan Nabiyyina" Merangkai rindu di dinginnya malam "Marhaban bi Habibina" Hitungan jariku habis Di angka sembilan Dan kembali Menitih sa

Pagi Bersama April

Gambar
Lekuk mentari sudah temeram di dinding rumahku Perlahan-lahan beranjak menuju tralis jendela pintu Begitu pun dirimu Melambai menyapaku Dengan cara yang berbeda Mungkin denyut nadimu semakin tersembunyi Di April yang menangis ini Memadamkan waktu-waktu lampau Pertobatan kepada Tuhan Aku menyapamu Menghias relung mimpimu April sebagai jawabku Dengan tangisnya, dengan dentum   petir dan kilatnya Sebagai pasrah dan harapan kepada Tuhan Sebelum mata menutup penghabisan *** Oleh: Muhammad Alim Bojonegoro, 27 Februari 2018

Literasi Bukan Sekedar Baca-Tulis

Gambar
Memasuki abad modern yang penuh dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang super canggih, kegiatan baca-tulis serasa angin lalu yang habis diperbincangkan saja. Manusia dihadapkan pada semakin cepatnya pergeseran waktu sehingga manusia sering lalai dan sering tanpa berfikir dua kali dalam melakukan suatu hal. Tentunya hal ini akan fatal jika akibat yang ditimbulkan dari hal tersebut adalah sesuatu yang negatif atau memberikan madhorot kepada pribadi orang tersebut dan orang di sekelilingnya. Semakin menurunnya kaidah literasi dalam pelaksanaan kehidupan tak disadari sedikitpun oleh manusia. Hal ini dikarenakan akibat yang ditimbulkan tidak terasa secara langsung seketika itu. Baru kemudian jika manusia telah terpojok dan terhimpit dengan keadaan, dia mencari-cari apa dan mengapa sesuatu yang negatif ini menimpa dirinya. Untuk itu, Pangesti (2016) memaparkan bahwa a gar manusia mampu bertahan di abad 21, masyarakat harus menguasai enam literasi dasa r

Menulis adalah Jariyah yang Nyata

Gambar
Oleh: Muhammad Alim Sepintas lalu menjadi penulis bukan merupakan cita-cita hidup saya. Saya hanya suka membaca buku di perpustakaan sekolah. Selain hobi, membaca buku di perpustakaan sekolah juga menjadi alasan saya untuk menghindarkan diri dari ajakan teman-teman pergi ke Kopsis dan kantin sekolah. Buku-buku novel seperti Salah Asuhan karya Abdoel Moeis, Novel Tenggelamnya Kapan Van Der Wijck Karya Prof. HAMKA, novel Salah Pilih, novel Jalan Menikung, Layar Terkembang, Sengsara membawa Nikmat, Azab dan Sengsara, Bi Bawah Lindungan Ka’bah, dan masih banyak lagi. Sampai-sampai petugas perpustakaan hafal banget dengan wajah saya yang pas-pasan ini. J J J Beberapa waktu yang lalu, setelah hampir tiga belas tahun sejak lulus SMA, saya ketemu lagi dengan gadis manis petugas perpustakaan yang sekarang sudah menjadi ibu-ibu itu (ketika saya bermain di SMA tempat saya belajar dulu), dia tiba-tiba menyapa nama saya. Sontak saya kaget banget, karena tak terfikirkan sama sekali dan s

Seminar GLS, Pelipur Diri dan Penyemangat Hati.

Bagaimana saya tidak boleh merasa semangat. Belajar menjadi prioritas penting dalam hidup saya. Apalagi belajar bersama orang-orang yang senada, serujuk, dan sevisi dengan kita. Komunitas Menulis “Kita Belajar Menulis (KBM)” yang menjadi keluarga menulis saya, telah memberikan sesuatu yang sangat spesial kepada saya. Mereka berkenan menghadiri acara seminar yang saya gagas dalam wadah Gerakan Literasi Sekolah di satminkal saya. Seminar yang selama ini menjadi suatu hal yang saya idam-idamkan akhirnya terwujud.       Asal mula dari seminar ini hanya sekedar niat saya untuk memberikan semangat membaca dan menulis kepada petugas piket perpustakaan dan kepada perangkat kelas. Hal ini sebagai ucapan terima kasih saya kepada mereka karena sudah berkenan menjadi petugas perpustakaan dan kepada perangkat kelas karena telah membantu memelihara buku perpustakaan yang di pinjam oleh masing-masing siswa tiap kelas. Tujuan saya agar mereka bisa menjadi pointer dalam kegiatan membaca dan menul