Manajemen Keunikan

Oleh: Muhammad Alim

Setiap kita adalah pribadi yang unik. Dari sisi manapun, jika kita mau beberapa kali berkaca dalam sehari semalam, maka kita akan menemukan keunikan yang diberikan Allah SWT kepada masing-masing kita.

Keunikan itu bukan hanya dari sisi fisik yang kasat mata. Namun juga dari segi bathin, akan jauh lebih unik lagi bentuk dan wujud yang kita temukan.

Begitu Maha Kuasa Allah dengan bukti seluruh makhluk-Nya. Kekuasaan yang tak bertemu ukurannya. Manusia yang mau melihat semua itu, maka ia tak akan sampai mendekat kepada sifat sombong. Karena sifat sombong atau takabbur hanya milik Allah semata.

Manusia dengan segala keunikannya seharusnya dapat belajar banyak demi tercapainya sebuah hubungan yang rapih dalam bentuk ibadah kepada Allah SWT. Namun, karena manusia lebih dahulu merasa takjub (ketika mihat keunikan tersebut), menyebabkan manusia lupa harus melakukan apa setelah mengetahui yang namanya keunikan.

Misalnya, ada seorang laki-laki yang kesehariannya hanya mengajar di TPQ sebuah dusun. Dia adalah satu-satunya ustadz laki-laki yang ada di dusun tersebut. Orang-orang kampung sangat menghormatinya. Jam tayangnya full selama satu minggu di tempatnya beraktivitas. Namun satu hal yang disayangkan oleh teman-teman sebayanya. Dia tak pernah mengajak teman-tannya untuk bergabung dan memajukan usahanya sebagai seorang ustadz TPQ.

Hal inilah yang membuatnya selalu sendirian dalam menjalanlan program-program anak TPQ-nya.

Inilah contoh sebuah keunikan yang tak dikelola dengan baik. Seandainya saja ustadz tersebut mau mengelola dengan baik nikmat Allah SWT berupa kemampuan mengajar Al-Qur'an, maka dapat dipastikan seluruh pemuda-pemuda yang ada dikampungnya mau berbondong-bondong membantu TPQ.

Hal-hal yang dapat dilakukan oleh sang ustadz tersebut dalam keunikannya adalah sebagai berikut:
1. Bersyukur kepala Allah SWT.
2. Mengembang keunikan tersebut dengan berbagai segi kehidupan dan pembelajaran.
3. Merangkul semua pihak yang terikat atau berkepentingan dengan keunikan yang dimilikinya.
4. Membuang jauh sifat sombong dan congkak yang ada di hatinya, dan menggantikannya dengan sifat rendah hati, fleksibel, dan mau belajar.

Adapun keunikan itu pastinya membuat dampak yang positif dan negatif. Pribadi yang baik akan mengarahkan keunikan yang ada pada dirinya untuk selalu bermunajat kepada Allah SWT. Keunikan yang ada akan dibuat sebagai petantara untuk menuju Yangaha Kuasa.
***
Situbondo, 23 Februari 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelopak Bunga yang Terakhir (ANGST STORE)

Analisis Teks Argumentasi

Meningkatkan Budaya Positif