Pagi Bersama April
Lekuk
mentari sudah temeram di dinding rumahku
Perlahan-lahan
beranjak menuju tralis jendela pintu
Begitu
pun dirimu
Melambai
menyapaku
Dengan
cara yang berbeda
Mungkin
denyut nadimu semakin tersembunyi
Di
April yang menangis ini
Memadamkan
waktu-waktu lampau
Pertobatan
kepada Tuhan
Aku
menyapamu
Menghias
relung mimpimu
April
sebagai jawabku
Dengan
tangisnya, dengan dentum petir dan
kilatnya
Sebagai
pasrah dan harapan kepada Tuhan
Sebelum
mata menutup penghabisan
***
Oleh: Muhammad Alim
Bojonegoro,
27 Februari 2018
Komentar
Posting Komentar