Belajar Perlu Inovasi


Oleh: Moh. Alim


Pembelajaran adalah usaha untuk mencapai indikator yang telah ditentukan pada masing-masing kompetensi dasar. Sehingga cara apapun bisa digunakan oleh peserta didik dan pengampu sekolah untuk mencapainya. Hal ini juga sesuai dengan kondisi diri peserta didik. Harus diyakini bahwa masing-masing peserta didik memiliki cara belajar yang berbeda-beda. Ada yang bisa cepat faham dengan sambil makan, ada yang hanya bisa faham pelajaran dengan memukul-mukulkan alat tulis, dan banyak sekali jenis lainnya.


Kamis, 14 Maret 2018 saya mendapatkan 3 jam tatap muka dalam satu kelas untuk mapel bahasa Indonesia. Dua jam pertama adalah pembelajaran materi umum dan 1 jam lainnya adalah tambahan jam untuk kegiatan jurnalistik. Kebetulan materi yang ada dalam kompetensi dasar adalah  mengidentifikasi permasalahan yang akan  dibahas dalam debat.





Setelah menyampaikan sedikit materi, saya langsung saja membuat kegiatan lain. Tujuannya agar anak-anak tidak jenuh. Apalagi saat-saat jam 13.00 s.d. 15.00 adalah kondisi yang paling lelah dari siswa.


Rencana saya materi jurnalistik hari ini adalah menulis berita. Saya gabungkan saja dengan materi debat. Sehingga kegiatan ini akan dilakukan dalam 3 jam tatap muka. Berakhir sampai bel pulang berbunyi.


Kegiatannya adalah membuat berita dengan isu di lingkungan sekolah. Beragam tema yang dapat diangkat untuk membuat berita tersebut. Antara lain tentang kantin dan tempat parkir yang biasanya dipakai untuk tongkrongan siswa, BK yang ditakuti siswa, dan berbagai ekstra yang digemari siswa.


Mereka langsung membentuk kelompok beranggotakan 4 orang dalam satu kelompok. Kemudian mereka menentukan tema dan menyusun daftar pertanyaan secara singkat. Hal ini untuk memperoleh informasi yang lengkap. Tentunya dengan rumus minimal unsur berita 5 W+1H.


Mereka berhamburan keluar kelas mencari sumber informasi sesuai dengan tema yang mereka pilih. Ada yang ke kantin, ruang laboratorium komputer, ruang BK, dan tempat lainnya. Ada yang mencari-cari sumber informasi sampai berkeliling sekolah. Sumber informasi itu adalah Pak Imron. Beliau sebagai wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana. Pak Imron hampir selalu tak ada di ruang guru. Beliau selalu keliling melihat kondisi sekolah.


Setelah wawancara selesai dilaksanakan. Mereka langsung menyusun informasi tersebut menjadi sebuah berita. Hehehe... Tentunya unik sekali berita yang mereka buat. Karena baru pertama kali menyusun berita. Di awal kegiatan saya sampaikan bahwa judul berita itu harus menarik dan unik. Tujuannya adalah agar berita tersebut dibaca oleh banyak orang. Ada yang memberikan judul "Ayo ke BK". Judul ini memberikan isyarat bahwa BK itu ternyata bukan sesuatu yang menakutkan. Ada yang menceritakan tentang "Pentol Kasih Sayang" besutan kelompok laki-laki yang menceritakan tentang "Kantin Istimewa" bagi mereka. Unik dan kreatif.


Melihat hasil yang mereka buat. Saya yakin sebenarnya setiap orang itu mempunyai bakat untuk menulis dan mengeluarkan ide-ide baru. Namun karena tidak pernah diasah dan diasuh secara benar, maka kreatifitas dan keunikan ide-ide tersebut tak pernah muncul ke permukaan.


Teruslah berkarya dan belajar. Jangan lengah dengan waktu dan zona nyaman di sekitarmu. Belajar adalah berusaha. Usaha itu bukanlah hal yang manis. Sehingga harus sungguh-sungguh. Agar hasilnya manis.

Bojonegoro, 15 Maret 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelopak Bunga yang Terakhir (ANGST STORE)

Analisis Teks Argumentasi

Meningkatkan Budaya Positif