Analisis Teks Argumentasi

Hai teman-teman, bagaimana kabarnya? Semoga sehat selalu dan bahagia.

Berikut adalah contoh teks argumentasi. Bacalah dengan saksama. Kemudian lakukan kegiatan yang ada di bawah atau yang juga disampaikan oleh Bapak/Ibu Guru Piket.

Guru di Era Post-truth

Fenny Yulinanita, S.Pd.

Guru Bahasa Indonesia SMAN 4 Bojonegoro

Post truth, frasa yang dipopulerkan oleh Steve Tesich tahun 1992 kini mulai dikenal kembali dan sedang terjadi di seluruh belahan dunia. Tidak terkecuali Indonesia. Post truth atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan pascakebenaran adalah suatu era di mana kebohongan tampak seperti kebenaran. Cara menampakkan kebohongan sebagai kebenaran adalah dengan memainkan emosi dan perasaan netizen.

Apakah Indonesia pernah mengalami era ini? Pernah dan sedang mengalami. Sejak pilpres tahun 2019, Indonesia mengalami era post truth. Kebenaran dan kebohongan tampak samar. Semua tampak sama benar dan tampak sama bohong. Masyarakat sulit membedakan kebenaran dan kebohongan. Hal itu digunakan dengan sangat baik oleh mereka yang membutuhkan dukungan.

Apa kaitannya dengan guru?





Tidak dapat dipungkiri, sebagian guru dan semua siswa adalah milenial dan gen Z yang dekat denga media sosial. Salah satu alat berkembangnya post truth adalah media sosial. Kenyataan ini memaksa kita sebagai guru menerima konsekuensi kebenaran yang kita bawa belum tentu diterima oleh siswa. Mereka lebih dekat dengan media sosial daripada dengan kita.

Tidak jarang kebenaran yang kita bawa hingga berbusa sekadar lewat begitu saja tanpa bermakna. Materi di kelas tak mereka dengar karena media sosial telah memaparkan banyak hal. Tinggal tik saja, kebutuhan kita akan keluar di media sosial. Media sosial menyediakan beraneka informasi terkait pembelajaran. Mereka mampu menjawab soal bukan karena pembelajaran di kelas, tapi karena media sosial menggelar jawaban atas pertanyaan yang kita berikan.

Apa yang harus dilakukan guru di era post truth?

Menurut data, Indonesia berada di peringkat 10 dunia durasi pengguna media sosial 3 jam 16 menit perhari. Jumlah pengguna media sosial di Indonesia adalah 191 juta pengguna. Dan kecerdasan rata-rata orang Indonesia di tahun 2022 adalah 78, 4. Dengan durasi selama itu, jumlah pengguna besar, namun tidak diimbangi dengan kecerdasan rasional, apa yang akan terjadi pada Indonesia? Tentu saja, berita bohong (hoaks) akan mudah tersebar dan dipercaya sebagai sebuah kebenaran. Maka tidak mengherankan era post truth masih berlangsung di negara kita.

Di sinilah posisi guru harus berdiri. Menjadi jembatan siswa dalam memilah informasi di media sosial. Menghentikan era post truth dan mengembalikan kebenaran pada posisinya. Guru harus mampu membuka rasional siswa dalam memahami setiap kata dan kalimat dalam media sosial. Lantas, bagaimana caranya?

Hari ini guru sibuk memaki media sosial. Media sosial dianggap membodohkan murid karena menyediakan seluruh jawaban materi pembelajaran. Tak jarang murid mendapat hukuman guru karena jawaban diambil dari media sosial. Menganggap murid kurang kreatif, plagiarisme, atau bahkan tidak mau menghafalkan materi. Padahal media sosial memang menyuguhkan banyak alternatif informasi lebih dari yang dikuasai gurunya.

Pembelajaran antigawai adalah pembodohan. Sekolah dan guru tidak bisa lagi memisahkan gawai dengan pembelajaran. Semakin dipisahkan, ketimpangan pengetahuan dan rasionalitas akan terjadi. Siswa akan dibiarkan tidak bisa membedakan kebenaran dan kebohongan di media sosial jika pembelajaran membatasi siswa menggunakan gawai. Di dalam kelas, guru hanya berkutat pada buku. Namun di luar kelas, siswa mencari semua informasi terkait pertanyaan guru di internet. Lantas, bagaimana guru memahamkan kebenaran informasi dalam internet jika kita tidak membuka kebohongan di dalam kelas?

Satu-satunya cara mengubah post truth adalah bersahabat dengan gawai. Kita biarkan siswa berselancar mencari informasi di media sosial. Kemudian kita berikan kesempatan menyampaikan hasilnya dalam pembelajaran. Ketika siswa menyampaikan hasil pencariannya, baru kita refleksikan kebenarannya. Di sinilah letak guru dalam era post truth. Menjadi penunjuk arah bagi siswa memilah informasi yang benar dan bohong.

Siswa yang tidak pernah merasa dibohongi media sosial, tidak akan pernah mencari tahu kebenarannya. Mereka akan cenderung menerima saja semua informasi dari media sosial. Diangap saja informasi itu benar. Namun, ketika mereka merasakan kebohongan di media sosial, muncullah sikap skeptis. Sikap tidak mudah percaya pada semua hal yang mereka baca di media sosial. Sikap skeptis adalah salah satu benteng meminimalisasi post truth.

Seperti kata Ki Hajar Dewantara, tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Kodrat di sini ada dua macam yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam adalah bakat yang dimiliki siswa. Sedangkan kodrat zaman adalah era di mana siswa hidup dan berkehidupan.

Era siswa saat ini berbeda dengan zaman guru sekolah dulu. Ketika guru menjadi siswa, buku dan guru adalah satu-satunya informasi. Sedangkan sekarang, guru justru menjadi informasi kesekian setelah media sosial dan lingkungan. Tak jarang informasi guru dibanding-bandingkan dengan informasi di media sosial. Jika informasi guru berbeda, siswa cederung percaya pada media sosial.

Oleh karena itu, sebagai guru kita harus mampu menyesuaikan diri dengan kodrat zaman. Era post truth harus kita hadapi dengan kejernihan rasionalitas dan kematangan emosi. Guru yang hebat adalah guru yang mampu membawa siswanya menjalani hari ini dan menata masa depan lebih baik dari hari ini. Mari menjadi jembatan bagi siswa dari era post truth menuju era kebenaran. Membawa era kebenaran di tengah kebohongan berbalut kebenaran.

Sumber: Modul Ajar dari MGMP Bahasa Indonesia SMA Kabupaten Bojonegoro


Kegiatan Siswa:

1. Identifikasilah ide pokok setiap paragraf dalam teks tersebut!

2. Tulislah 5 kalimat fakta dan 5 kalimat opini yang terdapat dalam teks!

3. Tulislah kalimat yang menandakan struktur dalam teks argumentasi tersebut!

    a. Pendahuluan

    b. Badan argumen

    c. Kesimpulan

4. Apa yang kamu rasakan ketika membaca teks tersebut? Berikan tanggapanmu dalam kolom komentar!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelopak Bunga yang Terakhir (ANGST STORE)

Meningkatkan Budaya Positif