Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2018

Pre Order MERANGKAI HARAPAN

Gambar
Penerbit Laditri Karya  bersama  Riani Igah Kepriani . 15 Desember pukul 18.48 Merangkai Harapan Penulis: Igah Kepriani, dkk ISBN: Proses Genre: Antologi Puisi (15 Penulis) Tebal Buku: 294 halaman Harga PO: Rp.50.000 Harga Normal: Rp.60.000 Blurb: “Kau boleh larut dalam kegagalan, namun jangan pernah melunturkan sebuah harapan” Avif Saputra. “Harapan ‘kan selalu ada pada diri yang selalu menghamba pada ketulusan dan keridhoan-Nya. Walau dia harus berjuang dan berkorban sampai batas yang telah ditentukan” Dian Komalasari. “Kesuksesan ada 5 cm di pelupuk mata, tergantung bagaimana cara kita meraihnya” Dewi Erna Wati. "Harapan berdinding tekad dan beralaskan keyakinan. Berani berharap berarti berani untuk menaiki titian yang lebih kuat dan tegap agar sampai pada harap yang diimpikan." Husina Humaira. “Harapan adalah impian, dan impian akan menjadi kenyataan. Maka, gapailah harapanmu demi terwujudnya impianmu” Igah Kepriani . “Bukanlah hasil

Ibuku Pensiun Dini

Gambar
Jawaban Petani Milenial Ibuku Pensiun Dini Oleh:  Muhammad Alim Ibuku buruh tani Pergi pagi Pulang tengah hari Kadang siang balik lagi Hingga hilang mentari Kadang pagi hingga petang tiada menengok kandang Demi upah buruh tanam Musim tanam padi Adalah panen baginya Bersama puluhan ibu tetangga Ukurannya per tengah hari dahulu Dan ketika ketemu jumlah kebutuhan pekerja Dia kerjakan hanya berdua atau bertiga Biasanya dapat hitungan empat bahkan lima orang Cukuplah Senyum itu mengembang Sebagai penyambung asap dapur Cukup beli pindang dan sayur Kini dia sudah undur diri Bukan karena tak mampu lagi Berjalan mundur menanam padi Namun karena diganti mesin bergerigi Hilang upah hitungan per tengah hari Ibuku hanya berdiri mematung Menghitung asap dapur Yang kadang berkata ngelantur Itu tetangga masih main catur Hutang sana-sini menunggu panen mujur Ibuku berhenti Menghela nafas tiada arti Kembali berdoa semoga keluarga damai sejahtera

Petani Milenial

Gambar
Oleh: Moh. Alim Mentari begitu cerah Sambut petani menanam pagi Meniti harapan untuk esok hari Petani hendak berbenah Teknologi telah memapahnya Menjadikan ringan pekerjaan dan hemat tenaga Tenaga manusia dikelola untuk pemikiran sahaja Mulai dari penanam Pembajak otomatis Penyiang hama rumput Hingga panen tiba Petani ongkang-ongkang kaki? Bukan ... Mereka mencari modal untuk pupuk dan obat terkini Juga pangsa pasar Agar tiada direbut importir besar Meraka kembali menengok kalender Mencari titik temu Agar masa panen cepat sampai Sebagaimana teknologi Menghantarkan mereka Tanpa pikir kandungan di dalamnya Petani sumber kemakmuran pangan Bojonegoro, 17 Desember 2018

Phobia Jarum Suntik

Gambar
Oleh: mbah_alim Entah sudah berapa lama saya tidak merasakan yang namanya disuntik, atau bahasa kedokterannya dinamakan injeksi. Terakhir seingat saya sudah 4 tahun silam ketika ujung jari jempol saya terkena mesin rajangan tembakau. Waktu itu hanya suntik bius disekitar luka yang ada. Selain itu saya biasanya hanya sakit demam ringan, batuk pilek, dan sakit kepala saja karena terlalu repot mikir laporan. Dan pengobatan selama mengalami sakit-sakit itu hanyalah obat toko atau minta diperiksa bidan desa tanpa injeksi. 😁😁 Kamis kemarin saya benar-benar beruntung bisa merasakan kembali injeksi di seorang dokter. Kamis pagi sebelum jam 6 saya sudah berolahraga. Ciyeeee... 😁 Biar sehat. Meski hanya mencabuti rumput di pekarangan samping rumah yang saya tanami jagung dan lombok-tomat. Tiba-tiba saya merasakan sakit yang aneh yang selama ini belum pernah saya rasakan. Dalam bernafas, saya tidak bisa plong. Dan ketika dipakai bernafas panjang, terasa sedikit sakit di daerah ulu hat

Muhasabahtun Nafsi

Oleh: Mbah_Alim Suatu ketika saya sedang mendatangi majlis dzikir. Di mana dalam majlis tersebut banyak sekali orang-orang dari berbagai usia dan berbagai profile. Ada yang remaja SMP/SMA, ada yang karyawan, ada yang pedagang, ada yang guru, ada yang pegawai kantoran, dan ada juga yang petani. Semua tumpah ruah jadi satu. Saya sering kali mengambil kesempatan untuk duduk di barisan depan. Tujuan saya adalah agar bisa lebih dekat dengan guru atau pemimpin majelis. Karena beliau adalah orang yang diberi titah langsung oleh pemimpin utama majelis dzikir tersebut, atau kami lebih sering menyebutnya "Mursyid". Setiap kali selesai dzikir, pemimpin majelis akan membacakan sebuah kitab. Hal ini untuk menambah wawasan keagamaan bagi seluruh anggota majelis. Meski anggota majelis bukan orang pesantren, seperti saya juga, paling tidak pernah mendengarkan pembacaan kitab dalam sebuah majelis secara langsung. Waktu itu materi yang dibahas dalam kitab adalah tentang dzikir. Dzikir se

The First Teacher Day

Oleh: mbah.alim Senin, 03 Desember 2018. Saya tidak mimpi apa-apa. Bahkan malam Senin mimpi apa saya nggak tahu. Tak ada mimpi di malam hari. Mimpinya hanya ada dalam kisah terjaga. Hari itu saya mendapat kejutan dari keluarga literasi saya di SMAN 1 Kepohbaru. Mereka tergabung dalam ekstrakurikuler jurnalistik. Dan beberapa kawan literasi lainnya. Mendung telah membawa hujan di siang hari itu. Saya kebetulan tidak membawa mantel sehingga harus menunggu sampai hujan reda. Sempat tiduran di dalam kantor. Putra saya, Arsyad telah saya jemput sebelum sholat dhuhur untuk ikut saya di SMA. Dikarenakan ibunya kuliah dan secara waktu itu agak rewel ketika ibunya mau berangkat. Sehingga saya putuskan untuk mengajaknya di SMA. Bangun tidur, tiba-tiba saya diajak makan di Kedai mungil Mbak Siska oleh teman-teman guru dan staf. Sesampai di kedai mungil saya langsung memesan makanan. Terlihat banyak sekali pengunjung waktu itu. Sebagian adalah siswa-siswi SMAN 1 Kepohbaru. Mereka meman

Kegiatan Tambahan

Kegiatan Tambahan Untuk kelas X MIPA/IPS 1.Bacalah dengan seksama hikayat berikut! 2. Analisis nilai-nilai, Temukan nilai-nilai yang ada dalam hikayat tersebut! 3. Bandingkan nilai-nilai tersebut dengan kehidupan di sekitarmu. Apakah nilai-nilai tersebut masih berlaku di masyarakat atau tidak? Berikan contoh dan alasan! 4. Ceritakan kembali hikayat tersebut dengan bahasamu sendiri! PENGEMBARA YANG LAPAR Tersebutlah kisah tiga orang sahabat, Kendi, Buyung dan Awang yang sedang mengembara. Mereka membawa bekalan makanan seperti beras, daging, susu dan buah-buahan. Apabila penat berjalan mereka berhenti dan memasak makanan. Jika bertemu kampung, mereka akan singgah membeli makanan untuk dibuat bekal dalam perjalanan. Pada suatu hari, mereka tiba di kawasan hutan tebal. Di kawasan itu mereka tidak bertemu dusun atau kampung. Mereka berhenti dan berehat di bawah sebatang pokok ara yang rendang. Bekalan makanan pula telah habis. Ketiga-tiga sahabat ini berasa sangat lapar, “Hai,