Ibuku Pensiun Dini
Jawaban Petani Milenial
Ibuku buruh tani
Pergi pagi
Pulang tengah hari
Kadang siang balik lagi
Hingga hilang mentari
Kadang pagi hingga petang tiada menengok kandang
Demi upah buruh tanam
Pergi pagi
Pulang tengah hari
Kadang siang balik lagi
Hingga hilang mentari
Kadang pagi hingga petang tiada menengok kandang
Demi upah buruh tanam
Musim tanam padi
Adalah panen baginya
Bersama puluhan ibu tetangga
Ukurannya per tengah hari dahulu
Dan ketika ketemu jumlah kebutuhan pekerja
Dia kerjakan hanya berdua atau bertiga
Biasanya dapat hitungan empat bahkan lima orang
Adalah panen baginya
Bersama puluhan ibu tetangga
Ukurannya per tengah hari dahulu
Dan ketika ketemu jumlah kebutuhan pekerja
Dia kerjakan hanya berdua atau bertiga
Biasanya dapat hitungan empat bahkan lima orang
Cukuplah
Senyum itu mengembang
Sebagai penyambung asap dapur
Cukup beli pindang dan sayur
Senyum itu mengembang
Sebagai penyambung asap dapur
Cukup beli pindang dan sayur
Kini dia sudah undur diri
Bukan karena tak mampu lagi
Berjalan mundur menanam padi
Namun karena diganti mesin bergerigi
Hilang upah hitungan per tengah hari
Bukan karena tak mampu lagi
Berjalan mundur menanam padi
Namun karena diganti mesin bergerigi
Hilang upah hitungan per tengah hari
Ibuku hanya berdiri mematung
Menghitung asap dapur
Yang kadang berkata ngelantur
Itu tetangga masih main catur
Hutang sana-sini menunggu panen mujur
Menghitung asap dapur
Yang kadang berkata ngelantur
Itu tetangga masih main catur
Hutang sana-sini menunggu panen mujur
Ibuku berhenti
Menghela nafas tiada arti
Kembali berdoa semoga keluarga damai sejahtera
Dikungkung mesin kita waspada
Petani lebih berarti
Menghela nafas tiada arti
Kembali berdoa semoga keluarga damai sejahtera
Dikungkung mesin kita waspada
Petani lebih berarti
Bojonegoro, 17 Desember 2018
Komentar
Posting Komentar