Muhasabahtun Nafsi

Oleh: Mbah_Alim

Suatu ketika saya sedang mendatangi majlis dzikir. Di mana dalam majlis tersebut banyak sekali orang-orang dari berbagai usia dan berbagai profile. Ada yang remaja SMP/SMA, ada yang karyawan, ada yang pedagang, ada yang guru, ada yang pegawai kantoran, dan ada juga yang petani. Semua tumpah ruah jadi satu. Saya sering kali mengambil kesempatan untuk duduk di barisan depan. Tujuan saya adalah agar bisa lebih dekat dengan guru atau pemimpin majelis. Karena beliau adalah orang yang diberi titah langsung oleh pemimpin utama majelis dzikir tersebut, atau kami lebih sering menyebutnya "Mursyid".

Setiap kali selesai dzikir, pemimpin majelis akan membacakan sebuah kitab. Hal ini untuk menambah wawasan keagamaan bagi seluruh anggota majelis. Meski anggota majelis bukan orang pesantren, seperti saya juga, paling tidak pernah mendengarkan pembacaan kitab dalam sebuah majelis secara langsung.

Waktu itu materi yang dibahas dalam kitab adalah tentang dzikir. Dzikir secara bahasa adalah mengingat. Sehingga Dzikrullah artinya adalah mengingat Allah.

Ada pembahasan yang membuat kita harus berfikir secara mendalam. Beliau menyampaikan bahwa di dalam majelis ini tujuannya adalah untuk benar-benar mengingat Allah dan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kita disarankan untuk meneriakkan nama Allah dalam hati kita sekencang-kencangnya. Sehingga hati kita benar-benar khudur (sampai) kepada Allah SWT. Majelis pun sangat antusias mendengarkan penyampaian ini.

Yang menjadi pertanyaan adalah, seberapa kuat keinginan kita untuk lebih dekat kepada Allah SWT? Apakah menunggu kita terkena musibah yang dahsyat dahulu baru kita mengingat Allah dan meneriakkan namanya "Ya Allah". Tentunya tidak bukan.

Kita mengingat yang kita lakukan sehari-hari. Mengingat maksiat-maksiat yang kita lakukan. Dari pandangan mata, ucapan, belum lagi 'krentek' hati yang negatif. Allah maha pengampun. Kita mengingat hal tersebut untuk memohon ampun kepada Allah.

Jika kita sadar diri, kita adalah orang-orang yang sangat jauh dari Allah SWT. Hijab kita untuk sampai kepada Allah semakin tebal saja dengan hal-hal yang kita lakukan setiap hari. Belum lagi angan-angan yang kita buat. Tujuan kita apa? Apakah hanya dunia? Bahagia? Kaya raya? Sungguh kita akan dikumpulkan dengan orang-orang yang kita kumpul dengannya di dunia.

Berapa kali dalam seminggu kita menangis memanggil Allah SWT? Atau satu bulan sekali? Atau satu tahun sekali? Atau bahkan kita tak pernah menangis sekalipun menangis dengan menyebut asma Allah?

Jika itu terjadi, maka apa yang kita katakan kita cinta Allah dan kita cinta Rasulullah itu hanya angin lalu yang melewati ucapan saja. Hanya bualan saja.

Sahabat-sahabat semua mungkin ada yang sudah tiap malam telah menangis kepada Allah, bermunajat menyebut asma Allah dalam sepertiga malam terakhir. Itu adalah hal yang luar biasa. 

Seharusnya kita tak pernah sedetikpun lepas dari tangis. Melihat keadaan kita yang selalu menambah perbuatan dosa. Melihat istri atau suami kita yang masih tak mau sholat jama'ah di masjid/mushola. Melihat anak-anak kita yang lebih ingat Tayo daripada Nama-nama Nabi kita. Melihat saudara-saudara kita yang lebih suka bernyanyi dan karaoke serta berjoged daripada i'tikaf di masjid. Apalagi mengingat saudara-saudara Islam kita yang tiap hari dibantai oleh kafir Yahudi.

Apakah hati kita telah mati sehingga tak ada setetes pun air mata yang mampu keluar dengan menyebut nama Allah? Lalu kemana kita akan pergi? Apakah kita mau mencari Tuhan lain? Kemudian kita akan mencari dunia lain? Sungguh tak ada satu pun di jagad raya ini selain atas kuasa Allah SWT.

Lalu bagaimana akhir hidup kita nanti? Meski doa yang selalu kita lantunkan sehabis sholat adalah "Ya Allah akhiri hidup kami dengan Khusnul Khotimah". Itu adalah sebuah keinginan atau impian setiap orang. Namun seberapa besar keinginan orang tersebut kepada Allah jika tak pernah mengingat Allah? Sungguh hanya Allah tempat bermohon pertolongan dan tempat menyembah.

Mari sejenak kita mengingat Allah. Allah yang telah membuat kita ada dan mencukupi seluruh kebutuhan kita sehingga hidup ini seimbang.

Semoga Allah SWT memberikan pertolongan kepada kita semua agar selalu menjalankan syari'at Islam dengan sempurna, dan semoga Allah SWT memberikan hidayah dan meridhoi setiap apa yang kita lakukan

 Aamiin...

Mohon maaf jika ada salah kata.

Mbaru Lor-Sidomukti-Kepohbaru, 06 Desember 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelopak Bunga yang Terakhir (ANGST STORE)

Analisis Teks Argumentasi

Meningkatkan Budaya Positif