Hidup Harus Siap Sedia

Oeh: Moh. Alim


“Dia yang hidup tanpa disiplin mati tanpa kehormatan.” (Pepatah)


Terjadwal sebagai pembina upacara bendera hari senin merupakan momen yang tak sering didapatkan. Tentunya karena jumlah bapak ibu guru sangat banyak. Setahun bisa saja hanya sekali seorang guru menjadi pembina upacara bendera. Pada kesempatan itu seorang guru akan berbicara dengan seluruh peserta didik secara bersamaan.


Apa yang harus dipersiapkan untuk menjadi pembina upacara? Tentunya harus belajar mengetahui suasana dan konteks yang terjadi di lingkungan satuan pendidikan setempat. Berbagai materi berseliweran hingga tersangkut dua frasa yang menjadi perhatian. Pertama adalah problem solving atau pemecahan masalah dan frasa kedua adalah self management atau manajemen diri. Dua hal ini menjadi sumber masalah jika tidak dijalankan oleh setiap pribadi yang ingin berkembang.


Senin begitu terik. Bapak ibu guru sudah memberikan kode agar amanat upacara jangan terlalu panjang. Karena mereka sudah menerka, jika amanat disampaikan oleh guru Bahasa Indonesia akan berlangsung lama. Seperti halnya teks yang ada dalam soal. Setelah memberikan apresiasi terhadap petugas dan peserta upacara, dua frasa yang nyantol di benak tadi malam tersampaikan secara ringkas dan agar mudah diterima oleh seluruh peserta didik.


Sebuah pepatah menjadi pembuka sesi amanat, “Dia yang hidup tanpa disiplin mati tanpa kehormatan.”


Hidup telah diatur dan disyariatkan oleh agama. Salat, zakat, ibadah haji, dan ibadah lainnya ditentukan waktu dan bentuknya. Orang yang menaati aturan hidup dengan disiplin, maka ia akan mendapatkan kebaikan selama hidup dan kebaikan hingga bertemu dengan Rab-nya. Namun jika manusia melanggar aturan dan tidak disiplin atau tidak istiqomah melaksanakan syariat agama, maka dampak yang buruk akan mereka terima.


Problem solving atau seni pemecahan masalah.

Setiap manusia tak luput dari masalah, termasuk juga peserta didik. Dalam diri peserta didik bisa saja muncul banyak masalah. Baik itu masalah dengan keluarga, masalah dengan teman, dan tentunya masalah dengan lingkungan pergaulan.


Fenomena yang beberapa waktu lalu marak tersebar di media sosial adalah banyak siswi tingkat SMP dari sejumlah daerah yang melukai dirinya dengan benda tajam. Fenomena ini disebut dengan self harm. Menurut informasi yang berasal dari rri.co.id. dijelaskan bahwa sejumlah remaja yang melakukan self harm ini mengaku jika tindakan tersebut membuat mereka seolah terbebas dari tekanan atau masalah. Sebagian lainnya merasakan hal itu merupakan bagian dari meluapkan emosi.


Ada satu titik fokus dari fenomena self harm yakni terbebas dari tekanan atau masalah. Di sinilah pentingnya peserta didik belajar pemecahan masalah atau menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.


Seseorang yang terkena masalah atau tekanan pasti akan menjalani kehidupan tidak sebagaimana mestinya. Ada emosi-emosi yang diungkapkan dengan berbagai cara yang berbeda dengan remaja lainnya. Bisa kita temukan di lingkungan belajar. Peserta didik yang enggan memasukkan baju, enggan memakai sepatu selama pembelajaran, dan sulit mengerjakan tugas atau kegiatan pembelajaran.


Jika ditelisik lebih mendalam, hal ini bisa disebabkan suatu terjadi dalam diri mereka, mereka sedang mengalami suatu masalah. Sehingga guru sebagai pendamping kegiatan belajar harus merespon dan memberikan suatu agar peserta didik tersebut dapat berusaha untuk memecahkan masalahnya secara mandiri. Dalam berbagai pembelajaran, bapak ibu guru tentunya telah melakukan banyak kegiatan yang dapat melatih daya pikir peserta didik untuk pemecahan masalah atau problem solving. Sehingga peserta didik akan terbiasa tidak panik dan tetap berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi secara bijak.


Frasa kedua adalah self management atau manajemen diri.

Manajemen diri sangat menentukan kehidupan seseorang, apalagi remaja. Dalam hal kedisiplinan di sekolah, manajemen diri adalah hal pokok yang harus dilaksanakan oleh peserta didik. Peserta didik dengan manajemen diri yang baik akan berusaha mengatur waktu sebaik mungkin. Memperhatikan mana hal yang lebih dahulu dilaksanakan, mana hal yang harus segera diselesaikan, dan mana hal yang akan mengganggu aktivitas.


Sebagai contoh, dalam hal kehadiran peserta didik pada jam pertama. Jika peserta didik mempunyai manajemen diri yang baik, maka peserta didik tidak akan dengan sengaja datang terlambat sampai ke sekolah. Contoh lain dalam mengerjakan tugas, peserta didik yang manajemen dirinya baik, akan segera melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang telah diberikan oleh bapak dan ibu guru. Meski bagaimanapun hasilnya, peserta didik akan berusaha menyelesaikan tugas yang diberikan.


Hidup harus siap sedia. Ketika mengalami suatu masalah kita harus siap menghadapi dan menyelesaikannya dengan baik. Problem solving harus dilatih sejak dini. Biarkan peserta didik mengolah akal budi dengan bimbingan dari bapak ibu guru secara baik, sehingga mereka dapat belajar merumuskan penyelesaian masalah yang dihadapi. Nantinya mereka bisa memberikan jalan penyelesaian masalah bagi orang lain. Manajemen diri sebagai kreativitas dan modal pengetahuan agar peserta didik bisa mengelola waktu dengan baik. Sehingga peserta didik dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi pengembangan dirinya sendiri dan orang lain, serta bisa sedikit demi sedikit mengurangi hal-hal yang negatif dan kurang bermanfaat.


Bojonegoro, 23 Nopember 2023

#problemsolving

#selfmanajement

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meningkatkan Budaya Positif

Kreativitas Tidak Takut Gagal

Kelopak Bunga yang Terakhir (ANGST STORE)