Cacingan, Combantrin Saja


Oleh: Moh. Alim

Jam kosong adalah nikmat tersendiri bagi kaum rebahan. Itu ungkapan beberapa anak yang saya temukan sedang selonjoran kaki di lantai saat saya tak sengaja melewati sebuah kelas. Wajar dan lumrah (untuk kondisi saat ini). Mungkin ini juga sering terjadi di kelas yang bapak atau ibu guru ajar. Hal ini juga kalian lakukan kan, teman-teman belajar di SMA atau MA?

Jam kosong memang hal yang tabu. Meski sang guru telah memberikan tugas, namun masih saja ada siswa yang dengan santainya tanpa memikirkan apapun yang diinstruksikan sang guru. Mereka hanya tahu hasilnya saja dengan cara copy paste jawaban teman.

Allah SWT itu menciptakan semua hal lengkap dengan nilai dan hikmah yang ada di dalamnya. Semua yang diciptakan oleh Allah SWT itu adalah ayat-ayatnya yang nyata. Sebagaimana pembahasan di atas.

Beberapa waktu terakhir, saya mendapati anak-anak bermain seperti ular-ularan yang ada di hp jadul dahulu, Nokia senter dan sejamannya. Namun ular saat mereka mainkan berbeda. Bermacam-macam warna. Setelah saya berkata "kok senenganmu dolanan ulo* (kok kamu suka bermain ular). Ternyata mereka menjawab "ini bukan ular, Pak. Tapi cacing".

"Awas kalau cacingan lho ya." Kelakar saya sambil berlalu meninggalkan mereka.

Saya mencoba mencari garis lurus terhadap keadaan mereka. Ada dua kata kunci dalam hal ini, yakni "kaum rebahan" dan "bermain cacing". Kita bisa mengingat kembali ketika anak kecil yang cacingan. Bagaimana kondisinya? Kondisi anak yang cacingan adalah malas, perutnya buncit, tidak selera apapun, tidak ada semangat, dan makan banyak namun tidak berakibat apa-apa terhadap kesehatan.

Cocok banget dengan kondisi yang ada terhadap joke-joke yang dibuat saat ini. Anak-anak suka main cacing. Muncul sebutan kaum rebahan. Kaum rebahan itu sudah terkena virus cacing. Mereka sudah terinfeksi cacing yang mereka mainkan. Meski hanya game ternyata efeknya sangat cocok.

Sebagai guru jangan sampai kalah dengan virus cacing. Jika dalam ilmu kesehatan ada Combantrin, untuk menanggulangi kondisi kaum rebahan ini juga ada Combantrin.



Combantrin di sini adalah cerita dan obrolan, baca buku, dan kritik lingkungan.

Pertama adalah Cerita dan obrolan. Guru harus mengajak siswa untuk bercerita dan ngobrol sesuatu yang ringan. Siswa bisa saja jenuh dan malas dengan materi dan bentuk penyampaian yang itu-itu saja. Materi yang hendak disampaikan ke siswa hendaknya dibentuk menjadi obrolan santai sesuai dengan kondisi siswa.

Kedua, baca buku. Sebisa mungkin guru harus menyelipkan kegiatan membaca buku kepada siswa. Buku selain mata pelajaran. Guru bisa menyediakan majalah atau koran. Hal ini bertujuan untuk membuka wawasan siswa agar tidak jenuh dengan memikirkan materi. Siswa itu sudah capek banget ketika dari pagi sudah memikirkan soal ulangan harian atau tugas-tugas.

Ketiga, kritik lingkungan. Ajaklah siswa untuk sesekali memberikan kritik terhadap lingkungannya. Selain untuk melatih mengungkapkan uneg-uneg yang ada dalam diri siswa, hal ini juga bertujuan untuk melatih siswa dalam hal peduli lingkungan.

Lakukanlah Combantrin dengan santai. Hal ini dapat berpengaruh baik terhadap cara belajar yang efektif terhadap siswa.

kalitidu- Bojonegoro, 06 Februari 2020

#ngajiliterasi
#kitabelajarmenulis
#mbahalim1986
#dibawahkakilangit

*Gambar adalah kondisi jam kosong. Ada siswa yang bermain hp dan ada siswa yang membaca buku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelopak Bunga yang Terakhir (ANGST STORE)

Analisis Teks Argumentasi

Meningkatkan Budaya Positif