Belajar Salat

Oleh: Moh. Alim*

Belajar di madrasah diniyah masih juga dialihkan di rumah. Kewajiban orang tua dalam pendidikan putra dan putrinya menjadi penuh. Meski bapak dan ibu guru membimbing secara daring, namun tak luput perhatian orang tua harus tercurahkan secara utuh, tak boleh lengah. Apalagi pendidikan agama, salat. Masa kanak-kanak harus digunakan secara baik untuk melaksanakan pembelajaran salat.

Pengalaman pembelajaran salat yang saya alami sungguh sangat berkesan. Meski terkadang membuat salat pribadi menjadi terasa berbeda dengan biasanya. Berikut sedikitnya ada lima tahapan dalam pembelajaran salat. Pembelajaran ini butuh waktu yang tidak singkat, sesuai dengan perkembangan diri anak.


Pembelajaran pertama, mengajak anak mengikuti salat di musala, masjid, atau di samping kita ketika kita salat di rumah. Pembelajaran ini bertujuan untuk mengenalkan bahwa orang Islam itu wajib salat, mengenalkan gerakan-gerakan salat dan juga bacaan salat yang terdengar dari imam. Usahakan untuk membuat anak merasa nyaman dengan salat. Bagaimanapun gerakan dia, jangan disalahkan secara langsung ketika selesai salat. Cari waktu yang pas, misal ketika akan berangkat salat. Sedikit demi sedikit yang penting tidak membuat anak merasa berat.

Pembelajaran kedua, pembelajaran gerakan salat dan bacaan-bacaannya. Semua hal yang wajib dan sunah dilaksanakan tanpa dijelaskan terlebih dahulu. Saya meminta dia untuk salat sendiri di rumah. Saya menjadi penonton dan duduk di sampingnya. Mengikuti bacaannya ketika ada kekeliruan dan ketika macet, serta membetulkan gerakannya. Tujuannya agar pembelajaran salat ini benar-benar diingat oleh dia.

Pembelajaran ketiga, salat bersama-sama. Baik gerakan dan bacaan dilaksanakan bersama-bersama. Niat yang saya gunakan adalah salat munfarid. Sedangkan putra saya belajar dengan bacaan menjadi makmum, makmuman. Seluruh bacaan salat saya baca dengan keras. Tujuannya adalah membersamai bacaan dan gerakan salat putra saya. Bacaan takbir pergantian rukun, bacaan doa-doa dalam ruku', i'tidal, sujud, dan semuanya saya baca dengan keras bersama dengan putra saya. Rasanya memang berbeda dengan salat yang saya lakukan seperti biasanya. Namun niat memberikan pembelajaran salat kepada anak saya kukuhkan dalam hati. Semoga Allah mengampuni salat yang tidak ada khusyu'nya sama sekali tersebut. Aamiin.

Pembelajaran keempat, membiarkan anak salat sendiri dengan bacaan keras. Saya menjadi pemantau kembali. Terdapat suasana baru, anak saya sudah hafal gerakan dan bacaan, apa yang terjadi? Ketika saya tidak mengawasinya, dia salat dengan sangat cepat. Empat rakaat bisa selesai dalam satu menit. He he hee

Pembelajaran keempat ini berisi materi yang bertujuan memberikan pengertian kepada anak, agar anak faham bahwa salat itu tidak boleh dikerjakan dengan terburu-buru atau bahkan cepat-cepat. Pemberian pemahaman ini dilakukan setiap hendak melakukan salat atau ketika setelah salat. Jangan bosan, sesekali pembelajaran ketiga harus dilakukan lagi. Agar anak tidak terlalu nyaman dengan salat yang sangat cepat. Ketika saya tanya mengapa salatnya cepat. Jawabnya, 'sudah hafal'. He he hee

Mengikuti salat jamaah menjadi penawar salat yang cepat. Ternyata anak saya mendapat pembelajaran baru, dia ketika saya ajak bersama, berjamaah, dia ingin menjadi imam. Ketika saya menolaknya, dengan beberapa alasan tentang syarat dan rukun menjadi imam, dia mogok tidak mau salat berjamaah di rumah dan hendak salat sendiri, biasanya cepat.

Ini adalah pembelajaran kelima. Dengan niat belajar, saya menyilakan dia menjadi imam salat. Niat menjadi imam saya ajarkan, di sampingnya sebelah belakang, saya berniat salat munfarid, seolah-olah menjadi makmum, bacaan dan gerakan saya usahakan agar bisa bersamaan dengan dia. Benar sekali, dia salat dengan tidak cepat. Bacaan dan gerakan salat dibaca dengan baik. Selesai salam dia membaca doa-doa pendek yang sudah dihafal. Saya aminkan. Semoga mustajab.

"Aku lo sudah bisa jadi imam salat." Dia menyeringai.

Semoga pengalaman ini menjadi pembelajaran yang baik. Jangan lalai dalam salat. Sebagaimana sebuah firman Allah Swt. yang mengatakan bahwa manusia harus menjadikan sabar dan salat sebagai penolongnya, di kehidupannya, baik kehidupan di dunia maupun kehidupan di akhirat.

Bojonegoro, 10 Juni 2020

NB*
Pembelajaran ini saya mulai ketika anak saya berumur sekitar lima tahun. Menginjak umur tujuh tahun, anak sudah berhasil menghafal semua gerakan dan bacaan salat. Semoga tidak terlambat.

Sumber gambar NU Online.

#belajarhidup
#belajarsalat
#mbahalim1986

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelopak Bunga yang Terakhir (ANGST STORE)

Analisis Teks Argumentasi

Meningkatkan Budaya Positif