Apa yang kita banggakan?

Moh. Alim

Berada di majelis ilmu memang tiada duanya. Berkumpul dengan orang-orang positif akan memberikan pengaruh positif. Apalagi ketika menerima materi atau kajian dari pemimpin majelis, kami biasa memanggilnya Ustadz, sungguh suatu hal yang tak boleh dilewatkan. Apabila ketinggalan satu pertemuan saja, maka serasa terputus jauh sekali kajian-kajian yang telah disampaikan, serasa kita ketinggalan jauh sekali di belakang.

Pertemuan kali ini membahas tentang kenikmatan yang diterima manusia yang melebihi makhluk lainnya, termasuk malaikat. Manusia menerima nikmat atau anugerah yang luar biasa berupa dua perkara utama. Pertama, diciptakan dengan bentuk yang baik. Kedua, dicukupi segala kebutuhannya.

Nikmat pertama telah jelas diungkapkan oleh Allah dalam Al-Qur'an surat At-Tin (95:4) yang artinya: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."

Penciptaan ini tidak hanya dalam bentuk fisiknya saja. Allah SWT melengkapi penciptaan tersebut dengan akal dan nafsu.

Anugerah kedua lebih menakjubkan lagi. Allah mencukupi segala kebutuhan manusia. Hal ini disebutkan dalam beberapa kali dalam Al-Qur'an.

Salah satunya di dalam surat Al-Isra' (17: 70) yang artinya: "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan."

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dengan sempurna melebihi makhluk yang lainnya. Dicukupi rezekinya dengan rezeki yang baik. Ditempatkan di tempat yang baik.

Manusia dengan akalnya dapat membuat rumah dengan berbagai bentuknya yang indah-indah, bangunan yang mencakar langit, juga berbagai teknologi yang luar biasa. Seandainya bumi ini tidak ditempati manusia, mungkin yang ada bukanlah yang seperti kita lihat saat ini, namun yang terlihat hanyalah gundukan-gundukan tanah seperti sarang semut, atau onggokan sampah daun kering seperti sangkar burung di atas pohon atau bahkan hanya berupa hutan belantara.


Ayat tersebut terkandung maksud yang tersembunyi yaitu manusia harus sadar diri bahwa setiap apa yang dilakukan manusia dalam hidup ini selalu bergantung pada Allah SWT. Merupakan dosa yang sangat besar apabila manusia mengingkari nikmat Allah SWT. Contoh kecil saja dalam menulis coretan sederhana ini sangat bergantung pada Allah, seperti lentik jari, pandangan mata, pemikiran, dan hal lainnya, sungguh banyak sekali. Tak pantas jika orang dengan sombong mengatakan bahwa ini adalah karya saya, buku ini adalah karya saya yang best seller, ini motor saya, ini rumah saya dan lain sebagainya. Dia lupa bahwa semua itu juga tergantung pada Allah SWT.

Tak akan masuk surga jika dalam diri manusia terdapat pakaian kesombongan. Karena kesombongan hanya milik Allah SWT. Manusia tiada pantas sama sekali jika menyombongkan diri. Merasa paling pintar, sok cantik dan glowing, sok ganteng, sok kuat, paling berpengaruh, dan perasaan-perasaan lain yang terkadang meski hanya berkelebat dalam otak. Semoga Allah SWT selalu menjauhkan kita dari sifat sombong.

Tetap berbuat benar, jangan sok benar. Tetap berbuat baik, jangan sok baik. Karena yang sok dan sok itu hanya kepura-puraan belaka dan akan sirna.

Baru Lor, 15 Januari 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meningkatkan Budaya Positif

Kreativitas Tidak Takut Gagal

Kelopak Bunga yang Terakhir (ANGST STORE)