Memilih dan Menyelamatkan

(Refleksi Workshop Menulis dan Kopdar II KBM)
Oleh: Muhammad Alim

Hidup di dunia ini hanyalah memilih. Baik dan buruk sudah ada dalam setiap langkah hidup manusia. Manusia lah yang menentukan langkahnya. Dia mau memilih langkah yang baik atau memilih langkah yang buruk. Begitu juga dengan keluarga baru saya, komunitas menulis Kita Belajar Menulis (KBM).

Pada 30 Juni 2018, keluarga KBM menentukan langkahnya untuk mewujudkan apa yang menjadi cikal bakal berdirinya komunitas ini. Dalam Kopdar II yang diadakan di Aula MTs Negeri 3 Bojonegoro tersebut, terdapat sebuah sebuah pelajaran yang sangat istimewa. Pelajaran tentang bagaimana seharusnya kita memilih langkah yang baik dalam hidup di dunia.

Dalam kegiatan tersebut, terdapat penyampaian dua buah puisi yang memberikan contoh nilai-nilai kehidupan. Deklamasi puisi yang disampaikan oleh anggota KBM, yakni Siska Monica Ipsurwadi, Siski Monica Ispurwadi, dan Putri Nofitasari terdapat dua nilai kehidupan yang saling bertentangan.

Deklamasi puisi pertama yang berjudul Buka Matamu Pemuda dibacakan oleh Si Kembar Siska Monica Ispurwadi dan Siski Monica Ispurwadi. Puisi yang dibuat oleh anggota KBM, Bapak Sigit Priatmoko, M.Pd., ini menggambarkan seorang remaja yang sangat brutal dan sangat buruk perilakunya. Pemuda tersebut semena-mena memerintah kedua orang tuanya ketika memerlukan sesuatu. Dia melakukan tindakan-tindakan negatif seperti mabuk, bleyer-bleyer sepeda tiap malam (balap liar), bahkan sampai memakai obat-obat terlarang (narkoba).

Dalam puisi tersebut terdapat sebuah pesan moral yang sangat bagus. Sang pemuda agar mengingat lagi bagaimana pengorbanan dan usaha orang tuanya dalam mendidiknya sedari kecil. Dan agar para pemuda kembali berbakti dan meminta maaf kepada orang tuanya, sebelum orang tuanya meninggal dunia.

Deklamasi puisi kedua berjudul Pemuda Dhuha disampaikan oleh Putri Nofitasari. Puisi yang dibuat oleh anggota KBM, Bapak Muhammad Alim, ini menggambarkan seorang pemuda yang sangat hebat. Meski masih muda, namun dia sudah berusaha menyebarkan kebaikan dan nilai-nilai moral yang baik dalam masyarakatnya. Nilai-nilai yang dikembangkan oleh pemuda tersebut dahulu pernah ditentang oleh masyarakatnya. Pemuda tersebut tidak pantang menyerah dan selalu menebarkan kebaikan. Namun setelah pemuda itu meninggal, masyarakat baru sadar bahwa nilai-nilai yang dicontohkan oleh sang pemuda sangat bagus. Dan masyarakat bertekad untuk selalu melestarikan nilai-nilai baik yang ditinggalkannya.

Sebuah fenomena kehidupan yang bertolak belakang satu sama lain. KBM sebagai sebuah komunitas menulis dalam visinya “Membangun Tradisi Menulis Cah Ndeso bertekad untuk membentuk kehidupan yang lebih baik melalui kegiatan menulis. Dengan menulis dan nilai-nilai yang ada dalam karyanya, seseorang akan tetap abadi dikenang oleh masyarakat pembaca meskipun sang penulis telah meninggalkan dunia ini.

KBM juga sebagai komunitas ingin mengajak Cah Ndeso untuk memilih hal-hal yang baik. Hal ini dapat dicontohkan dalam program kegiatan yang disusun oleh KBM. Ada kopdar, pelatihan dan workshop menulis, program menulis minguan, dan tujuan utamanya adalah mengembangkan literasi dari tingkat terendah, yakni masyarakat pedesaan (cah ndeso). Dan tentunya untuk mewujudkan masyarakat pembelajar dan masyarakat literat sepanjang hayat. Dengan demikian generasi penerus bangsa akan terselamatkan dari rusaknya peradaban manusia menuju generasi emas Indonesia 2045 dalam 100 Tahun Indonesia Merdeka.

Tentunya ini sangat sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan sesuai dengan program nasional yang diluncurkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2018 yakni Gerakan Literasi Nasional.

Semoga langkah KBM selalu dipermudah dan KBM semakin maju. Sehingga Cah Ndeso yang konotasinya negatif bisa berubah menjadi masyarakat yang hebat.

Semangat berkarya KBM.

***
Bojonegoro, 18 Juli 2018.
(Refleksi Workshop Menulis dan Kopdar II KBM)
Oleh: Muhammad Alim

Hidup di dunia ini hanyalah memilih. Baik dan buruk sudah ada dalam setiap langkah hidup manusia. Manusia lah yang menentukan langkahnya. Dia mau memilih langkah yang baik atau memilih langkah yang buruk. Begitu juga dengan keluarga baru saya, komunitas menulis Kita Belajar Menulis (KBM).

Pada 30 Juni 2018, keluarga KBM menentukan langkahnya untuk mewujudkan apa yang menjadi cikal bakal berdirinya komunitas ini. Dalam Kopdar II yang diadakan di Aula MTs Negeri 3 Bojonegoro tersebut, terdapat sebuah sebuah pelajaran yang sangat istimewa. Pelajaran tentang bagaimana seharusnya kita memilih langkah yang baik dalam hidup di dunia.

Dalam kegiatan tersebut, terdapat penyampaian dua buah puisi yang memberikan contoh nilai-nilai kehidupan. Deklamasi puisi yang disampaikan oleh anggota KBM, yakni Siska Monica Ipsurwadi, Siski Monica Ispurwadi, dan Putri Nofitasari terdapat dua nilai kehidupan yang saling bertentangan.

Deklamasi puisi pertama yang berjudul Buka Matamu Pemuda dibacakan oleh Si Kembar Siska Monica Ispurwadi dan Siski Monica Ispurwadi. Puisi yang dibuat oleh anggota KBM, Bapak Sigit Priatmoko, M.Pd., ini menggambarkan seorang remaja yang sangat brutal dan sangat buruk perilakunya. Pemuda tersebut semena-mena memerintah kedua orang tuanya ketika memerlukan sesuatu. Dia melakukan tindakan-tindakan negatif seperti mabuk, bleyer-bleyer sepeda tiap malam (balap liar), bahkan sampai memakai obat-obat terlarang (narkoba).

Dalam puisi tersebut terdapat sebuah pesan moral yang sangat bagus. Sang pemuda agar mengingat lagi bagaimana pengorbanan dan usaha orang tuanya dalam mendidiknya sedari kecil. Dan agar para pemuda kembali berbakti dan meminta maaf kepada orang tuanya, sebelum orang tuanya meninggal dunia.

Deklamasi puisi kedua berjudul Pemuda Dhuha disampaikan oleh Putri Nofitasari. Puisi yang dibuat oleh anggota KBM, Bapak Muhammad Alim, ini menggambarkan seorang pemuda yang sangat hebat. Meski masih muda, namun dia sudah berusaha menyebarkan kebaikan dan nilai-nilai moral yang baik dalam masyarakatnya. Nilai-nilai yang dikembangkan oleh pemuda tersebut dahulu pernah ditentang oleh masyarakatnya. Pemuda tersebut tidak pantang menyerah dan selalu menebarkan kebaikan. Namun setelah pemuda itu meninggal, masyarakat baru sadar bahwa nilai-nilai yang dicontohkan oleh sang pemuda sangat bagus. Dan masyarakat bertekad untuk selalu melestarikan nilai-nilai baik yang ditinggalkannya.

Sebuah fenomena kehidupan yang bertolak belakang satu sama lain. KBM sebagai sebuah komunitas menulis dalam visinya “Membangun Tradisi Menulis Cah Ndeso bertekad untuk membentuk kehidupan yang lebih baik melalui kegiatan menulis. Dengan menulis dan nilai-nilai yang ada dalam karyanya, seseorang akan tetap abadi dikenang oleh masyarakat pembaca meskipun sang penulis telah meninggalkan dunia ini.

KBM juga sebagai komunitas ingin mengajak Cah Ndeso untuk memilih hal-hal yang baik. Hal ini dapat dicontohkan dalam program kegiatan yang disusun oleh KBM. Ada kopdar, pelatihan dan workshop menulis, program menulis minguan, dan tujuan utamanya adalah mengembangkan literasi dari tingkat terendah, yakni masyarakat pedesaan (cah ndeso). Dan tentunya untuk mewujudkan masyarakat pembelajar dan masyarakat literat sepanjang hayat. Dengan demikian generasi penerus bangsa akan terselamatkan dari rusaknya peradaban manusia menuju generasi emas Indonesia 2045 dalam 100 Tahun Indonesia Merdeka.

Tentunya ini sangat sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan sesuai dengan program nasional yang diluncurkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2018 yakni Gerakan Literasi Nasional.

Semoga langkah KBM selalu dipermudah dan KBM semakin maju. Sehingga Cah Ndeso yang konotasinya negatif bisa berubah menjadi masyarakat yang hebat.

Semangat berkarya KBM.

***
Bojonegoro, 18 Juli 2018.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelopak Bunga yang Terakhir (ANGST STORE)

Analisis Teks Argumentasi

Meningkatkan Budaya Positif