Resapan Air Mata


Oleh: Muhammad Alim

eeee menungso
Menus-menus senengane nglakoni doso
"Ngerti banyu kali campur iwak mati
Malah diombe nggo tombo ngantuk, jarene"

Ungkapan di atas adalah sebuah ibarat untuk orang yang sudah tahu hal itu salah malah dilakukan juga. Sudah tahu hal itu akibatnya akan buruk bagi dirinya sendiri dan orang lain, tapi dilakukan juga. Kalau 'insan' (lupa), beda lagi jawabannya. Tapi ini dia sadar dan sengaja melakukan itu, apa jadinya.

Dosa, bagi mereka hanya sebuah onde-onde yang isinya kacang ijo. Yang suka tetap dimakan, dan yang tidak suka pasti akan menghindar sendiri. Begitulah kira-kira mereka mengatakan, meski tanpa ucapan lisan.

Tak perlu berkata tentang takdir dan ketentuan Tuhan lainnya, mungkin mereka sudah tak percaya Tuhan. Mereka lebih percaya dengan media sosial dan jaringan internet yang tiap jam digenggamnya. Dari sisi ini saja, akal sehat, mereka sudah tak sehat sama sekali. Bahkan sudah kronis sakitnya. Mereka sakit hati dengan nikmat yang diterima temannya. Mereka sakit hati jika ada temannya tersenyum. Mereka sakit hati jika ada orang suka kepada temannya. Dan sakit-sakitan lainnya yang tiap detik menggerogoti hatinya. Namun dia menikmati sakitnya. Bagai main bola, merasa sakit hati jika sang jagoan salah menendang, coba saja dia disuruh menendang bola dengan posisi sang jagoan, mungkin saja sepatunya yang akan terlempar, bukan bolanya.

Eeeee menungso
Kuatmu sepiro
Pangananmu opo
Utekmu dipakai atau tidak

Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang seharusnya tak perlu dipertanyakan ketika manusia berjalan di dunia sesuai dengan rel yang sudah diberikan. Namun apa daya dan upaya, karena yang memiliki daya dan kekuatan hanyalah yang maha kuasa, sehingga manusia masih saja tak melakukan apa yang dibicarakan dan tidak melakukan apa yang dirasakan. Mereka selalu saja membohongi diri sendiri dan mereka selalu saja berkhianat kepada diri sendiri.

Mereka selalu membohongi diri sendiri.
Dalam hatinya, ketika mendengar suara adzan pasti akan mengajak ke masjid dan ikut sholat jama'ah, namun dia membohongi dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa waktu sholat masih panjang, masih antri wudhunya, masih ada sedikit pekerjaan, dan alasan-alasan lainnya yang ia gunakan untuk membohongi dirinya yang tujuannya adalah dia tidak melakukan perintah ibadah.

Mereka juga selalu berkhianat kepada diri sendiri.
Lisan yang luar, dalam sholat yang hanya menggugurkan kewajiban, secara tidak sengaja atau pun sengaja mengucapkan "iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in", yang artinya "hanya kepadamu (Allah) aku menyembah dan hanya kepadamu jua aku minta pertolongan. Namun tiap detik ia selalu menghianati apa yang mereka ucapkan, mereka lebih menyembah selain Allah yang memberikan hal-hal sepele yang ia inginkan secara cepat. Ia juga berkianat, telah bergantung hati dan dirinya kepada sesuatu hal yang mereka percaya mendatangkan akibat buruk kepada dirinya selama ia hidup.

Air mata apa lagi yang dapat aku percaya
Sebagai bukti bahwa kau memang benar-benar manusia
Bukan hewan dan tumbuhan
Sedang ucapan itu tak boleh diungkapkan
Kecuali kau telah mati dan berkata dalam hati
Seandainya dan seandainya saja
Masih ada kehidupan setelah kematian seperti halnya di dunia, dapat beramal baik, maka kau akan ingin kembali kepada kehidupan seperti itu dan kemudian melakukan ibadah sebanyak-banyaknya.

Meski begitu
Ojo sok-sok ngaku Tuhan

#Bojonegoro_16_Mei_2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelopak Bunga yang Terakhir (ANGST STORE)

Analisis Teks Argumentasi

Meningkatkan Budaya Positif