Manasik Haji dan Umrah sebagai Wahana Penguatan Karakter Siswa
Kegiatan manasik haji dan umrah di lingkungan sekolah bukan sekadar simbolik atau seremoni belaka. Justru sebaliknya, kegiatan ini memiliki nilai edukatif yang tinggi dalam membentuk karakter dan memperkuat dimensi spiritual peserta didik. Inilah yang ditunjukkan oleh SMAN 1 Kepohbaru melalui pelaksanaan manasik haji dan umrah pada Selasa, 15 Juli 2025, yang diikuti oleh 530 siswa dan 30 guru.
Mengawali tahun pelajaran dengan kegiatan manasik merupakan langkah strategis dalam memberikan pengalaman spiritual yang bermakna kepada peserta didik. Melalui kegiatan ini, siswa diberikan pemahaman awal mengenai nilai-nilai ketuhanan yang terkandung dalam ibadah haji dan umrah. Misalnya dalam kegiatan thawaf, terdapat praktik Idhthibaa’, yaitu posisi kain ihram jamaah laki-laki yang diletakkan di bawah ketiak kanan dan disampirkan ke pundak kiri. Menurut penjelasan pembimbing, praktik ini mengandung simbol bahwa manusia kelak di akhirat akan menerima buku catatan amalnya dengan tangan kanan, sebagai tanda kebaikan dan keberuntungan.
Kegiatan ini dibimbing oleh dua orang guru yang kompeten. Manasik umrah dipandu oleh Muhammad Imam Zamroni, sedangkan manasik haji dipandu oleh H. Rofi’i. Keduanya memberikan materi secara sistematis dan komunikatif, serta memimpin pembacaan doa-doa dalam setiap tahapan, sehingga siswa dapat memahami makna ibadah secara menyeluruh.
Di akhir kegiatan, Muhammad Imam Zamroni menekankan bahwa ibadah haji dan umrah merupakan bentuk ibadah fisik yang sesungguhnya sangat menantang. Ia mengingatkan bahwa apa yang dilakukan dalam simulasi ini bahkan tidak mencapai satu persen dari pengalaman nyata di Tanah Suci. Meski demikian, kegiatan ini diharapkan bisa membangkitkan semangat dan harapan agar kelak para peserta dapat menunaikan ibadah secara langsung.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Sutikno, menjelaskan bahwa kegiatan manasik merupakan bagian dari pembelajaran mendalam dalam Kurikulum Merdeka. Tujuannya adalah untuk membentuk karakter peserta didik, khususnya pada dimensi keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Kegiatan ini juga terintegrasi dengan program Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) untuk peserta didik kelas X, sehingga menjadi media pengenalan yang sarat nilai religius dan kebersamaan. Sementara bagi siswa kelas XI dan XII, kegiatan ini memperkuat pemahaman keagamaan yang sebelumnya telah dipelajari.
Salah satu peserta, siswi kelas XII, menyatakan bahwa meskipun kegiatan ini cukup melelahkan, ia merasa senang karena bisa belajar di luar kelas dengan cara yang berbeda dan menyenangkan.
Melalui kegiatan ini, SMAN 1 Kepohbaru telah memulai tahun pelajaran 2025/2026 dengan langkah yang tidak hanya mendidik secara intelektual, tetapi juga membentuk karakter spiritual siswa secara nyata dan bermakna.
Komentar
Posting Komentar