Pekik Nyawa
Oleh: Moh. Alim
Di
terik mentari penuh bising
Air mata
menumpah membenamkan akal sehat
Sekeping
nyawa tanpa bayangan
Merindu
makna kesejahteraan peradaban
Dalam komunitas pembangunan
Nyawa
menangis tanpa harapan
Sedetik
sejam seharian dan semau mereka
Menjadikan
hardik dan picik sebagai hiasan
Disiplin
yang diagungkan dihentikan
Dengan
kacau balau program bertangisan
Kau lihat,
betapa merah matanya
Menyembunyikan
akal sehat dengan kilau gawai
Senyum
palsu membungkus tawa durja
Membunuh
satu demi satu jiwa bahagia
Bertopeng
koordinator dan tipu daya
Aku adalah
percikan debu
Yang menempel
di sumbu-sumbu api matamu
Keheningan
memekik kalbu tanpa tahu
Berkali-kali
mereka bertanya, tak ada jawaban
Bayang-bayang
tak bisa melawan
Bertanyalah
pada tetes darah terakhirku
Dengan
diam mendidihkan pandangan
Luka-luka
ini menjadi saksi
Perjuangan
tak akan usai
Detak
jantungku menyala bara
Bojonegoro,
24 September 2024
Komentar
Posting Komentar