Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2024

Pekik Nyawa

Gambar
Oleh: Moh. Alim   Di terik mentari penuh bising Air mata menumpah membenamkan akal sehat Sekeping nyawa tanpa bayangan Merindu makna kesejahteraan peradaban Dalam komunitas pembangunan   Nyawa menangis tanpa harapan Sedetik sejam seharian dan semau mereka Menjadikan hardik dan picik sebagai hiasan Disiplin yang diagungkan dihentikan Dengan kacau balau program bertangisan   Kau lihat, betapa merah matanya Menyembunyikan akal sehat dengan kilau gawai Senyum palsu membungkus tawa durja Membunuh satu demi satu jiwa bahagia Bertopeng koordinator dan tipu daya   Aku adalah percikan debu Yang menempel di sumbu-sumbu api matamu Keheningan memekik kalbu tanpa tahu Berkali-kali mereka bertanya, tak ada jawaban Bayang-bayang tak bisa melawan   Bertanyalah pada tetes darah terakhirku Dengan diam mendidihkan pandangan Luka-luka ini menjadi saksi Perjuangan tak akan usai Detak jantungku menyala bara   Bojonegoro, 24 September 2024

Gadis Sol Sepatu

Gambar
 Karya: Moh. Alim   Gerimis kecil senja hari itu tak membuat kami bertiga larut dalam kantuk, di atas mobil baru yang dibawa oleh Pak Bayu dengan sangat laju, namun tak membuat getaran yang berarti. Halte di sebelah lampu merah tampak lengang. Tiba-tiba, entah dari mana asal-usulnya, seorang wanita setengah tua dengan jubah hijau lari dan berteriak dan melambai-lambaikan tangan. Kemudian hilang dari pandanganku. Suara rem yang diinjak Pak Bayu begitu keras. Suaranya melengking membubarkan percakapan kami. Seorang lelaki kurus, dengan seragam parkir basah kuyup, turut serta menengok wanita tadi. Kami keluar dari mobil. Seonggok sepedah butut terperosok dalam parit. Hampir tak kelihatan. Hujan masih sangat lebat. Arus air yang masuk ke parit itu sangat deras. Wanita setengah tua itu meraih sesuatu. Dengan sigap Andre dan Kamal membantu. Aku hanya panik tak bisa berbuat apa-apa. Tanganku lemas lunglai. Kakiku masih terbungkus perban. Tongkat penyangga yang kubawa hampir saja terjatu