Fight The Challenge or Be The Loser
Oleh: Mayva Dwi Adistya
Aku Esa siswa kelas 12 MIA A. Gadis berkaca mata bulat dengan rambut pendek sebahu yang selalu kugerai. Teman-teman sekelasku sering memanggilku si nerd. Yaa, kalian pasti tau apa itu nerd? Nerd memiliki arti kutu buku. Aku tak pernah menggapai serius ucapan mereka karena aku sudah tau kenyataannya bahwa sebenarnya aku beneran kutu buku yang culun dan aku takkan menyalahkan mereka, karena yang mereka ucapkan adalah kebenaran. Tak apa mereka sering berucap begitu toh aku tak merasa dirugikan asalkan jangan sampe melakukan kekerasan kepadaku ehehe.
Cacian dan makian setiap hari kudapat saat di sekolah. Tapi aku selalu menghiraukannya. Jika meladeni mereka, itu hanya akan membuang-buang waktu saja toh mending waktunya buat belajar kan.
Aku termasuk siswa yang cerdas di sekolahan. Aku mendapat peringkat pertama di kelas dan masuk 3 besar paralel.
Aku memiliki satu teman. Kita sudah berteman sejak sekolah dasar dulu. Kalian bisa memanggilnya Aska. Aska ia memiliki wajah yang kecil dan manis, rambut panjang agak bergelombang jangan lupakan kulit putih halus itu. Emm.. dia sangat cantik berbeda jauh denganku.
"Saaa,
hari minggu ayo ke time zone" teriak Aska dari luar kelas.
"Maaf
As, aku hari Minggu harus ke perpustakaan kota" ucapku dengan nada
penyesalan.
"Ngapain?"
Tanyanya.
"Belajar ehehe" Jawabku.
"Brakk."
Seluruh orang yang ada di kelas terkejut saat Aska menggebrak mejaku dengan keras. Aku terdiam.
"Apa
kau tak jengah setiap hari melihat buku-buku membosankan itu?" teriaknya
keras di depan mukaku.
"Tidak
di sekolahan tidak di rumah kau selalu menghadap buku terus. Apa waktu
beristirahat pun kau masih belajar?" lanjutnya aku masih terdiam dan
mencerna ucapan Aska
"Coba
jawab Aku, apa kau terobsesi dengan belajar? Apa kau berambisi menjadi yang
pertama, hah? Jawab Aku, Esa" Aska semakin berteriak di depan mukaku.
"Aku
kasihan melihatmu seperti itu, aku tau kau lelah, apa kau tak capek dengan
cacian mereka, atau bahkan capek mengerjakan tugas-tugas lainnya, berhentilah Saa"
suara Aska semakin melemah.
"Kenapa kau diam hah? Jadi benar kau berambisi menjadi yang pertama di sekolah? Wahhh, Aku tak menyangka kau sangat terobsesi dengan murid yang paling dipuji guru hahaha" amarahku langsung naik saat Aska berucap seperti itu.
Aku berdiri dari dudukku langsung mendekati Aska dan menatapnya.
"Diam
kau Aska" Teriakku.
"Kau
tidak tau apa-apa tentang aku. Tak usah langsung membuat kesimpulan seperti
itu" Aku menjeda ucapanku.
"Kau
tak tau apa yang terjadi padaku saat nilaiku turun Aska" Aku ikut
berteriak di depan muka Aska.
"Aku
akan dimarahi bahkan akan dipukul jika nilaiku turun As. Aku takut. Aku tak mau
hiks. Aku tak mau," Suaraku melemah.
"Apa
kau tau, As, apa yang membedakan orang SUKSES dan PECUNDANG?"
"Apa
yang membedakan orang BIJAK dan orang BODOH?"
"PILIHAN
dalam menjalani hidup adalah pembedanya."
"ORANG SUKSES melihat tembok penghalang mimpi sebagai sebuah tantangan. Tantangan yang harus ditaklukkan bagaimana pun caranya. Entah itu dipanjat ataupun dengan cara menghacurkan tembok terdebut."
"Lantas
bagaimana dengan seorang LOSER/PECUNDANG?”
"Mereka
hanya akan melihat jeruji besi di mana pun dia melangkah. Hanya ada tembok
penghalang yang tinggi dan tebal di sepanjang perjalanannya. Pecundang hanya
akan menemukan jalan buntu saja. Ia hanya akan menemukan tembok dan pintu yang
terkunci. Hingga dia akan kembali ke titik awal atau terdiam di tempat hingga
ada seseorang yang akan membukakan jalan baginya."
"Mindset
merasa terkekang itulah yang mengurungnya. Hingga dia tak mampu melihat tangga
yang ada di tembok tersebut. Hingga dia tak mampu melihat kunci yang
menggantung di atas pintu tertutup tersebut. Dia juga tak mampu melihat tali
yang menggantung di deretan tembok penghalangnya. Karena dia terlalu terpaku
pada apa yang nampak, tanpa berusaha menggali lebih jauh atas sebuah
permasalahan. Para pecundang itu bagaikan orang yang terjebak dalam sebuah
labirin yang sangat rumit. Hingga dia berpikir tak akan sanggup keluar dari
kondisi kenyamanan yang dia rasakan saat itu."
"Orang sukses adalah orang yang melihat lampu hijau di persimpangan jalan. Sedangkan Pecundang adalah orang yang hanya melihat lampu merah di persimpangan, bahkan di manapun dia berada. Namun ingatlah, jadilah Orang SUKSES yang BIJAK. Karena melihat lampu hijau di manapun juga tidak baik, karena bisa kebablasan dan menjadi salah arah. Bisa-bisa makin terperosok dalam jurang kegagalan jika selalu melihat lampu hijau tanpa perhitungan dalam melangkah."
"Untuk itu, diperlukan sebuah KEBIJAKAN dalam bersikap, dengan demikian rambu kuning akan mengiringi setiap langkah kita menuju kesuksesan. Melalui Kebijakan itulah, kita bisa melangkah dengan sangat mantap tanpa keraguan. Karena dalam sebuah kebijakan tersirat kebaikan. Dan kebaikan akan membawa kedamaian. Maka, jadilah orang sukses yang damai dengan bersikap bijak."
Aku memegang pundak Aska yang sejak tadi terdiam mentapku. "Maka dari itu aku tak ingin menjadi seorang pecudang aku ingin menjadi orang sukses," ucapku.
Aska menangis dan memelukku "Maafkan aku Saa. Hiks, aku tak tau. Maaf" ucapnya sambal terus memelukku dan memukul-mukul pundakku dengan pelan.
"Tak apa sudah. Jangan menangis. Aku beneran gapapa kok, dan terima kasih atas perhatianmu," aku tersenyum dan memeluk Aska lebih erat.
"Aku belajar bukan semata-mata ingin jadi yang terbaik. Aku belajar juga demi masa depan yang sukses, kebahagian keluargaku." ucapku dengan tersenyum lebar
Orang-orang
yang melihat pertengkaranku dengan Aska tadi hanya bisa menatapku dengan tatapan
sendu. Mereka tak meyangka bahwa seorang yang mereka bilang nerd itu
memiliki beban yang berat untuk dipikul. Beberapa dari mereka mendekat dan
minta maaf padaku emm. Ah ternyata begini rasanya memiliki teman yang banyak,
sangat menyenangkan.
====
Nama
: Mayva Dwi Adistya
Tempat/Tanggal
lahir : Lamongan, 03 Mei 2004
Alamat
: RT/RW 001/001, Dsn. Jati, Ds. Jatipayak, Kec. Modo, Kab. Lamongan
Hobi
: Membaca dan memasak
Cita-Cita
: Menjadi seorang Owner Restoran
Seru ceritanya.. Ditunggu chapter yg lainnyaaa..
BalasHapus