Sadulur Papat Limo Pancer
![Gambar](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisQcDQNqpfVLT0U5Otbf61RKVGTlFYn2g3yczKxFyYPgdz2Bfwt0YmmH-xOGhmU44SLVt8lGEnegfYdWwf4NTgvuTGeAohG8_hQU-GwcaEuWI6HZ_AnYlzHFS62y97XUAe2lhyphenhyphenw1yc3rWW-UmwuiZ8Z5oQOazl0pgXvC2U2c3ZXdWhFm1DA4d8m_2L5_KN/s320/sadulur-papat.jpg)
oleh: Devia Filsa Putri Anggraini Di tengah lorong-lorong rumah sakit yang sepi, bau obat-obatan yang menyeruak tercium di hidung. Terdengar suara bayi yang menangis keras, tepat jam 1 dini hari. "Oekk oekkk." Terdengar suara tangisan bayi yang masih merah dan mungil. Tangisannya seakan memberikan kabar bahagia untuk keluarganya. "Brakkk." Seorang laki-laki masuk ke dalam ruang bersalin itu dengan tergesa-gesa pakaian lorengnya yang masih basah akibat hujan yang diterjangnya. "Dokterrr, di mana anak saya." "Putri Bapak masih dibersihkan, mohon tunggu sebentar saja." Tak lama setelah itu seorang Suster mendekat sambil menggendong bayi cantik itu lalu menyerahkan kepada ayahnya. "Allahu akbar allahu akbar." Hamid langsung melantunkan adzan pada bayinya. Tangannya bergetar ketika merengkuh tubuh mungil itu. Sudut bibir itu tak kuasa untuk tersenyum.