Dendang Malam

Oleh: _alim86

Duhai cintaku, jangan biarkan malam ini penuh rindu. Kita kaburkan angan semu. Kita buat petuah-petuah tak tentu. Kita semaikan niat bertemu. Aku di pelaminan rindu.

Duhai hatiku, meski malam kemelut kelam. Tak jarang jangkrik-jangkrik jungkir balik mengharap pertemuan. Rinai rinduku untukmu telah menjulang. Kita tak ubahnya tetes-tetes suci embun di dedaunan. Niatku dan niatmu semisal.

Ketika harumnya Kamboja malam semerbak di pelataran. Kasturi cahyamu mengusik kalbu. Hentakkan langkahku. Untuk sekedar berucap "aku rindu". Oh ....

=====

Terkadang kita tidak sadar telah menghancurkan apa yang kita sanjung-sanjung sebagai peribadatan. Semisal dengan ungkapan "dia kok nggak mau belajar yaaa, padahal buku-buku dan materi di internet banyak sekali". Contoh lagi? "Pantas saja dia tak disayangi gurunya, dia selalu telat". Banyak sekali ungkapan-ungkapan seperti itu kita jumpai di sekitar kita. Bahkan mungkin saja secara tidak sadar, kita pernah juga mengungkapkannya.

Sebagai manusia yang menerima perintah untuk beribadah, tak semestinya kita mengungkapkan hal-hal seperti di atas. Tahulah bahwa adanya kita bisa melakukan sholat, puasa, sedekah, dzikir, sholawatan, haji, dan amal-amal ibadah lainnya, tentunya semua itu atas nikmat Allah SWT yang berupa taat atau ketaatan. Tanpa kita diberikan nikmat ketaatan, tak akan mungkin kita bisa melakukan ibadah apapun.

Ungkapan-ungkapan sebagaimana di atas tersebut masuk ke dalam kesombongan atau membangga-banggakan diri. Jelas bahwa kesombongan adalah salah satu baju (sifat-) nya Allah SWT yang tidak boleh dipakai oleh makhluk-Nya, termasuk manusia.

Kau bisa sholat. Kau bisa zakat. Kau bisa sholawat. Kau bisa amal ibadah lainnya. Syukurilah. Jangan merendahkan atau menganggap orang lain lebih rendah, lebih hina, lebih bodoh.

Kesombongan akan menghancurkan amal ibadah sebagaimana api membakar ranting yang kering.

Kata-kata wah dan wow pada diri sendiri juga masuk dalam golongan di atas. "Aku lo sudah punya ini dan itu". Sehingga akan muncul sebuah perasaan bahwa hal-hal yang diraihnya adalah karena usahanya sendiri, melupakan Allah SWT pemilik segala.

====

Kutitipkan tulus doa untukmu, kekasih. Akan malam yang panjang. Hadirnya rindu perihal keterbatasan jarak, bukan perasaan. Kita bersatu dalam gugusan bintang. Cakrawala membentuk ketaatan.

Pujaanku, tunggang-langgang seruni melebur rindu.

Bojonegoro, 11 Juli 2019

#mbah_alim86
#kitabelajarmenulis
#KBM_Bojonegoro
#gerakanliterasinasional
#menulismengabadikandiri
#cahndeso

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelopak Bunga yang Terakhir (ANGST STORE)

Analisis Teks Argumentasi

Meningkatkan Budaya Positif